Gaji Wah Bos-Bos BUMN

Di Indonesia, urusan gaji masih sering dianggap hal yang tabu untuk dibicarakan secara blak-blakan. Banyak perusahaan yang enggan merilis data gaji yang dibayarkan kepada para eksekutifnya. Salah satu alasannya menghindari pembajakan eksekutif berprestasi oleh perusahaan lain yang menjadi kompetitor.

Beruntung, sejak beberapa tahun terakhir, ada kebiasaan bagus yang dilakukan oleh BUMN yang sudah go public atau listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Setiap rapat umum pemegang saham (RUPS) tahunan, perusahaan-perusahaan pelat merah menyertakan informasi umum tentang remunerasi bagi direksi dan komisarisnya. Dengan demikian, publik pun bisa menelusuri berapa besar gaji dan bonus yang diterima oleh bos-bos BUMN besar tersebut. Transparansi itu penting untuk menuju tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance (GCG).

Nah, seberapa besarkah remunerasi yang diterima? Ternyata, angkanya sangat besar, mencapai ratusan juta rupiah per bulan. Tidak salah jika dikatakan bahwa gaji para bos BUMN saat ini selangit. Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil mengatakan, perbaikan remunerasi merupakan salah satu strategi untuk mendorong profesionalisme para eksekutif BUMN. “Yang terpenting, sistem remunerasi harus berbasis kinerja. Jika kinerjanya bagus, remunerasi juga bagus. Gaji naik, ditambah bonus. Tapi jika kinerjanya jelek, remunerasinya juga tidak akan naik,” ujarnya.

Karena itu, Sofyan mengatakan lega karena menjelang akhir masa jabatannya sebagai menteri BUMN, pihaknya berhasil menyelesaikan peraturan menteri (permen) tentang pedoman penetapan penghasilan direksi, komisaris, dan dewan pengawas BUMN. Permen No 2/MBU/2009 tersebut ditetapkan akhir April lalu. “Permen ini menjadi rambu-rambu untuk menetapkan remunerasi pejabat BUMN,” katanya.

Menurut Sofyan, perbaikan remunerasi diharapkan bisa sejalan dengan perbaikan kinerja BUMN. Untuk itu, sistem remunerasi BUMN yang selama ini relatif kurang jika dibandingkan dengan sektor swasta di bidang industri sejenis ditargetkan bisa semakin kompetitif. “Saat ini, sudah relatif kompetitif. Contohnya, bank. Ini supaya orang yang terbaik tetap bertahan di situ (BUMN, red),” jelasnya.

Saat ini, di antara total 141 perusahaan pelat merah, kinerja BUMN sektor perbankan memang cukup menonjol. Karena itu, gaji eksekutif bank pelat merah masuk dalam jajaran gaji tertinggi di BUMN. Hingga 2009, rekor gaji tertinggi di BUMN masih dipegang oleh eksekutif Bank Rakyat Indonesia (BRI). Per 2009, Direktur Utama BRI Sofyan Basyir membawa pulang gaji Rp167 juta per bulan. Direktur lain mengantongi Rp150 juta per bulan.

Selain gaji, eksekutif BRI mengantongi bonus besar. Tahun ini, para direksi dan komisaris menerima total bonus atau tantiem Rp69,11 miliar. Bonus tersebut dibagi untuk 10 orang direksi, 6 orang komisaris, dan 1 orang sekretaris dewan komisaris. Komposisi pembagian menggunakan skema standar 100 persen untuk direktur utama, sedangkan direksi menerima bonus 90 persen dari yang diterima direktur utama. Komisaris utama menerima bonus 40 persen dari yang diterima direktur utama. Komisaris menerima 36 persen dari yang diterima direktur utama dan sekretaris dewan komisaris menerima bonus 15 persen dari yang diterima direktur utama.

Dengan komposisi tersebut, tahun ini Direktur Utama BRI Sofyan Basyir mengantongi bonus Rp6,036 miliar. Jika ditambah dengan gaji Rp167 juta per bulan, total gaji dan bonus yang dikantongi Sofyan mencapai Rp8,04 miliar setahun atau setara dengan Rp670 juta per bulan.

Pundi-pundi duit yang dikantongi bos BRI memang terus naik dari tahun ke tahun. Pada 2008, gaji direktur utama Rp150 juta dan direktur lainnya Rp135 juta. Tahun lalu, BRI membagikan bonus atau tantiem total Rp39,187 miliar. Dengan angka tersebut, direktur utama mengantongi tantiem Rp3,422 miliar. Dengan demikian, setelah dijumlahkan dengan gaji selama satu tahun, total gaji dan bonus yang diterima Rp5,222 miliar atau setara Rp435,16 juta per bulan.

Pada 2007, gaji direktur utama BRI Rp123 juta per bulan dan gaji direktur lainnya Rp112 juta per bulan. Pada tahun itu, BRI memberikan tantiem total Rp21,290 miliar. Sebanyak Rp1,859 miliar di antaranya diperuntukan direktur utama. Dengan demikian, pada 2007 direktur utama mengantongi total gaji dan bonus Rp3,335 miliar atau setara Rp277,91 juta per bulan.

Keputusan pemegang saham untuk terus menaikkan gaji eksekutif BRI dan mengguyur bonus miliaran rupiah, tampaknya, mengacu pada kinerja perseroan yang terus meningkat. Pada 2006, BRI membukukan laba bersih Rp4,257 triliun. Pencapaian itu terus naik pada 2007 dengan raihan laba bersih Rp4,838 triliun. Pada 2008, saat turbulensi perekonomian global menerjang paro kedua tahun lalu, manajemen BRI masih  bisa mendongkrak laba bersih hingga Rp5,958 triliun.

Di bawah BRI, eksekutif BUMN yang masuk jajaran bergaji tertinggi adalah Bank Mandiri. Tahun ini, Agus Martowardojo yang menduduki kursi direktur utama mengantongi gaji Rp166 juta per bulan, sedangkan anggota direksi lainnya mengantongi Rp150 juta per bulan.

Gaji bos Bank Mandiri memang hanya tipis di bawah gaji bos BRI. Namun, untuk urusan bonus atau tantiem, angkanya terpaut cukup jauh. Jika tahun ini direktur utama BRI mendapatkan tantiem Rp6,036 miliar, tantiem untuk direktur utama Bank Mandiri Rp4,77 miliar.

Meski demikian, jika dijumlah dengan total gaji, pundi-pundi yang dikantongi Agus Martowardojo masih sangat besar, yakni Rp6,762 miliar setahun atau setara Rp563,5 juta per bulan. Sebenarnya, pada 2008, total remunerasi yang dikantongi bos Bank Mandiri lebih besar daripada yang didapat bos BRI. Pasalnya, tahun lalu, besaran gaji direktur utama BRI dan Bank Mandiri sama, yakni Rp150 juta per bulan. Demikian pula gaji anggota direksi Rp135 juta.

Namun, tahun lalu pemegang saham Bank Mandiri memberikan tantiem lebih besar. Jika total tantiem BRI Rp39,187 miliar, tantiem untuk eksekutif Bank Mandiri mencapai Rp46,06 miliar. Dengan demikian, besaran tantiem yang diterima direktur utama pun lebih besar, yakni mencapai Rp3,70 miliar. Jika ditotal dengan gaji, penghasilan selama setahun yang diterima bos Bank Mandiri pada 2008 mencapai Rp5,50 miliar atau setara Rp458,33 juta per bulan.

Sementara itu, tidak semua bos BUMN bersedia bicara terbuka soal penghasilan yang diterima dan bagaimana membelanjakannya. Salah seorang yang cukup terbuka adalah Direktur Utama Bank Mandiri Agus Martowardojo. Pria kelahiran Amsterdam, 24 Januari 1956 tersebut bicara terang-terangan saat ditanya tentang keputusan rapat umum pemegang saham yang menaikkan gajinya pada 2009. “Gaji saya naik dari Rp150 juta per bulan menjadi Rp166 juta per bulan,” ujarnya.

Menurut Agus, kenaikan gaji itu dinilai wajar oleh pemegang saham seiring dengan meningkatnya kinerja Bank Mandiri sepanjang 2008. “Karena itulah, gaji direksi naik 11,06 persen,” katanya. Tahun lalu Bank Mandiri membukukan laba bersih Rp5,31 triliun atau naik 22,3 persen jika dibandingkan dengan jumlah tahun sebelumnya, Rp4,34 triliun. Laba 2008 tersebut merupakan pencapaian tertinggi Bank Mandiri sepanjang sejarahnya.

Adapun Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia Sofyan Basyir belum bersedia bicara soal remunerasi yang diterimanya. (owi/kum/sumeks)

8 pemikiran pada “Gaji Wah Bos-Bos BUMN

  1. Kalau pendapatan per kapita rakyat Indonesia sdh sama dg negara2 maju spt Malaysia dan Singapura, mungkin gaji sebesar itu tdk jadi masalah dan tdk melukai hati rakyat kecil.

  2. wuuihh…banyak kale…zakatnyo sdh blm?pajaknyo lp indak?gaji suamiku ternyata kurang dari seper seratus gaji bosnya…aihhh..mandiri memang bank terbesar di Indonesia…termasuk urusan gajinyo…..

    salam

  3. kapan gaji pegawai BRI yang paling rendah naik? cuma atasannya doank/ padahal yang banyak kerja kan pioner paling depan yaitu CS & Teller

Tinggalkan Balasan ke gta Batalkan balasan